Senin, 25 April 2011

Untuk Papa

Andrew adalah seorang pimpinan sebuah perusahaan di Jakarta. Ketika ia tiba di rumahnya jam 9 malam. Tak seperti biasanya, anaknya Marry yang berumur 6 tahun membukakan pintu untuknya. Tampaknya ia sudah menunggu cukup lama.

"Kok, kamu belum tidur?" sapa Andrew.

"Aku nunggu Papa pulang, soalnya aku mau tanya. Berapa sih gaji Papa?"

"Kamu hitung ya.. Tiap hari Papa bekerja sekitar 10 jam dan dibayar Rp. 400.000, tiap bulan rata-rata 22 hari kerja, kadang Sabtu masih lembur. Berapa gaji Papa hayo?"

"Kalo 1 hari Papa dibayar Rp. 400.000 untuk 10 jam, berarti 1 jam Papa digaji Rp. 40.000 dong!"

"Wah, pinter kamu! Sekarang cuci kaki, terus tidur ya.."

"Papa, aku boleh pinjam Rp. 5.000 gak?"

"Sudah, gak usah macam-macam! Buat apa minta uang malam-malam gini? Tidurlah.."

"Tapi Papa…"

"Papa bilang tidur!"

Marry pun lari menuju kamarnya dengan perasaan sedih. Usai mandi, Andrew menyesali kekesalannya. Dia menengok Marry di kamar tidurnya sedang terisak sambil memegang uang Rp.15.000.
Sambil mengelus kepala Maryy, Andrew berkata, "Maafin Papa ya.. Papa sayang sama Marry.. Tapi buat apa sih minta uang sekarang?"

"Papa, aku gak minta uan
g. Aku hanya pinjam, nanti aku kembalikan kalo sudah menabung lagi dari uang jajan seminggu ini."

"lya, iya, tapi buat apa?"

"Aku nunggu Papa dari jam 8 mau ajak Papa main ular tangga 30 menit aja. Mama sering bilang waktu Papa itu amat berharga. Jadi, aku mau ganti waktu Papa. Aku buka tabunganku hanya ada Rp.15.000... Karena Papa 1 jam dibayar Rp.40.000, maka setengah jam aku harus ganti Rp.20.000.. Duit tabunganku kurang Rp.5.000, makanya aku mau pinjam dari Papa!" kata Marry polos.

Andrew pun terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah kecil itu erat-erat dengan rasa terharu. Dia baru menyadari, ternyata limpahan harta yang dia berikan selama ini, tak cukup untuk "membeli" kebahagiaan anaknya.


PESAN MORAL:
"Bagi dunia kau hanya seseorang, tapi bagi seseorang kau adalah DUNIA-nya"

Kamis, 21 April 2011

Makna dari Sebuah Kepedulian


Steven, ya sebut saja namaku seperti itu. Saya hanya seseorang yang biasa dan masih memiliki banyak kesalahan dalam hidup ini. Cerita ini berawal dari aktifitas saya sehari-hari yaitu bekerja. Seperti biasa, pada waktu jam pulang kantor saya cepat-cepat menaiki kereta yang lengang dari orang-orang. Dengan ditemani sebuah koran, saya menunggu kereta saya berjalan. Dimenit-menit akan berangkatnya kereta, masuklah seorang bapak dengan 3 orang anaknya yang masih dibawah umur. Anak-anaknya berlari-lari tiada henti selama perjalanan. Kelakuan anak-anaknya itu sangat menjengkelkan dan mengganggu ketenangan orang lain termasuk saya juga. Dengan sikap tegas saya menghampiri bapak dari anak-anak tersebut.

"Pak, apakah bapak tahu? Anak-anak bapak telah mengganggu ketenangan orang lain!".
Bapak itu tampak terdiam dan pandangannya kosong. Lalu saya menepuk pundak bapak itu, "Pak, pak!".
"Ada apa ya?", bapak itu tampak terkejut dan kebingungan.
"Anak-anak bapak telah mangganggu ketenangan orang-orang dalam kereta. Bisakah anda menjaga anak-anak anda?", sahut saya.
Dengan pandangan kosong bapak itu menjawab, "Saya juga tidak tahu harus berbuat apa? Dan anak-anak saya juga pasti tidak tahu harus berbuat seperti apa. Karena ibunya baru saja meninggal 3 jam yang lalu..."

Betapa terkejutnya saya mendengar perkataan bapak-bapak itu. Hati saya bagaikan tersentil oleh ucapannya. Saya bingung harus berbuat apa. Dengan bingung saya memeluk bapak tersebut dan saya menitikan air mata di bahunya.

Semenjak kejadian itu, saya lebih menunjukkan kepedulian saya dengan orang yang berada di sekitar saya. Dan saat ini saya baru tahu apa itu makna dari sebuah kepedulian....